Selasa, 30 Mei 2017

Makalah Anoreksia Nervosa



      Maraknya Anoreksia Nervosa di Kalangan Remaja     



DISUSUN OLEH:
I GUSTI AYU RATIH ARIYANTI
NIM. P07131116019







KEMETRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN GIZI
2016/2017
BAB 1
PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan periode pertumbuhan anak-anak menuju proses kematangan manusia dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan fisik, biologis, serta psikologis yang sangat unik dan berkelanjutan di dalam kehidupannya. Perubahan fisik yang terjadi akan memengaruhi status kesehatan dan nutrisinya. Ketidakseimbangan antara asupan gizi dan kebutuhannya akan menimbulkan masalah gizi, baik gizi lebih maupun gizi buruk

            Masa remaja merupakan tahapan kritis kehidupan, sehingga periode tersebut dikategorikan sebagai kelompok rawan, dan mempunyai risiko kesehatan tinggi. Akan tetapi remaja sering kurang mendapatkan perhatian dalam program pelayanan kesehatan. Padahal kenyataannya, banyak kasus kesehatan saat dewasa ditentukan oleh kebiasaan hidup sejak usia remaja. Status gizi yang optimal pada usia remaja dapat mencegah penyakit yang terkait dengan diet pada usia dewasa. Kekurangan gizi saat remaja, seperti terlalu kurus atau pendek akibat kurang energi kronis, sering tidak diketahui oleh mereka maupun keluarganya (Worlf Bank, 2003).

            Pada remaja terjadi perubahan dalam diri remaja, baik perubahan eksternal maupun internal (Hurlock, 1980). Sehingga itu remaja memerlukan nutrisi makanan yang baik jika tidak hal itu dapat menghambat pertumbuhannya, tetapi kebanyakan remaja tidak memperdulikan hal itu sehingga mereka melakukan banyak cara untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ramping. Penyakit anoreksia merupakan salah satu contohnya. Anoreksia nervosa adalah suatu gangguan makan (eating disorder) yang melibatkan upaya yang keras untuk kurus dengan cara melaparkan diri (Santrock, 1995). Anoreksia nervosa merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal.

Seseorang yang menderita anoreksia nervosa disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum) anorektik. Anorektik dapat juga menunjuk ke obat penahan nafsu makan. Anoreksia nervosa bisa menuntun pada pemberhentian kerja organ-organ tubuh dan kematian. Menutut Santrock (1995) anoreksia nervosa terutama terjadi pada perempuan selama masa remaja dan masa dewasa awal, hanya sekitar 5% penderita anoreksia laki-laki. Kebanyakan remaja yang mengalami gangguan ini adalah remaja yang berasal dari keluarga berpendidikan tinggi dengan pendapatan menengah ke atas.



1.2 Rumusan Masalah

            Dari latar belakang diatas, maka dapat diambil beberapa permasalahan yang akan di bahas pada Bab pembahasas, ialah sebagai berikut:

1.      Apa saja faktor penyebab timbulnya anoreksia nervosa?

2.      Bagaimana gejala yang timbul pada penderita penyakit anoreksia nervosa?

3.      Bagaimana dampak anoreksia nervosa pada kehidupan si penderita?

4.      Bagaimana cara menanggulangi atau pengobatan anoreksia nervosa?



1.3 Tujuan

            Tujuan dari dibuatnya karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui jawaban dari masalah-masalah yang timbul, yaitu:

1.      Untuk mengetahui factor penyebab timbulnya penyakit anoreksia nervosa

2.      Untuk mengetahui gejala pada penderita penyakit anoreksia nervosa

3.      Untuk mengetahui dampak dari anoreksia nervosa pada kehidupan si penderita

4.      Untuk mengetahui cara menanggulangi atau pengobatan anoreksia nervosa



1.4 Manfaat

            Manfaat dari tulisan ini adalah agar pembaca dapat mengetahui lebih jauh tentang penyakit anoreksia yang belakangan ini banyak dikenal di masyarakat, faktor-faktor penyebab, gejala, dampak dan cara pemngobatan penyakit tersebut.



  



BAB II

LANDASAN TEORI



Anoreksia (anorexia) berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya “tanpa” dan orexis artinya “hasrat untuk”. Anoreksia memiliki arti “tidak memiliki hasrat untuk (makan)”, yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan nafsu makan diatara penderita anoreksia nervosa jarang terjadi. Menurut Bruch (1973) “pengejaran tanpa lelah kekurusan tubuh dengan menciptakan kelaparan diri sendiri bahkan sampai pada kematian”

Anoreksia nervosa dapat diartikan sebagai gangguan makan karena adanya keinginan yang keras untuk mendapatkan tubuh yang kurus dan ditandai oleh penurunan berat badan yang yang ekstrim dengan cara sengaja melaparkan diri. Anoreksia nervosa merupakan suatu masalah kesehatan jiwa yang mana pengidapnya terobsesi untuk memiliki tubuh kurus dan sangat takut jika mereka terlihat gemuk. Saking takutnya, mereka bahkan selalu menganggap tubuhnya masih kurang kurus atau masih gemuk meski kenyataannya tidak seperti itu.

Usia 16-17 tahun merupakan usia yang dianggap rawan bagi gangguan ini untuk mulai muncul. Mayoritas pengidap anoreksia berasal dari kalangan remaja putri dan wanita dewasa. Untuk membuat tubuh mereka tetap sekurus mungkin, pengidap anoreksia akan berusaha keras membatasi porsi makan seminimal mungkin, menggunakan obat-obatan (seperti pencahar dan penekan nafsu makan), serta berolahraga secara berlebihan.

Beberapa dari mereka bahkan akan berusaha memuntahkan kembali makanan yang telah dikonsumsi, sebuah ciri khas gangguan makan yang dinamakan bulimia nervosa. Namun, bila pada bulimia penderitanya rata-rata mempunyai berat normal atau lebih, penderita anoreksia memiliki berat badan yang kurang.









BAB III

PEMBAHASAN



3.1 Faktor penyebab timbulnya anoreksia nervosa

·         Faktor Biologis

Berbagai macam kelenjar endokrin dan abnormalitas lain telah dilaporkan ada dalam tubuh penderita anorexia nervosa yang secara aktif melaparkan diri, termasuk: meningkatnya serum kolesterol, hypercarotenemia, menurunnya tingkat triiodothyronin, meningkatnya plasma hormone pertumbuhan, rendahnya plasma LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Folicullar Stimulating Hormone), 24 jam kekurangmatangan pola sekresi LH,  berkurangnya total aktifitas elektrik otak dan tidur REM, dan leucopenia dan pancytopenia. (Turner, Calhoun, & Adams, 1990).1

Berhentinya siklus menstruasi pada wanita penderita anorexia nervosa paling sering terjadi di awal perubahan pola makan, kadang terjadi bahkan sebelum adanya penurunan berat badan. Perubahan pada tingkat metabolisme tubuh, fungsi hormon adrenal, tingkat hormon pertumbuhan, sekresi gonadotrophin, sekresi vasopressin (beberapa penderita anorexia juga mengalami diabetes insipidus ringan atau beser ringan) dapat semua ditemukan dalam subjek malnutrisi dari penyebab-penyebab lain.

Adanya kegagalan pemakaian dari fungsi hipotalamus sudah sangat luas dikenal.  Kontroversi seringkali muncul terhadap pertanyaan apakah proses melaparkan diri ini termasuk faktor primer atau sekunder. Fakta bahwa semua keabnormalitasan yang terjadi akan kembali ke keadaan normal saat berat badan normal dicapai merujuk pada faktor sekunder atau dikarenakan oleh reaksi disfungsi hipotalamus (Garner, D. M., & Garfinkel, P. E., 1979). Menurut  Mecklenberg (1990), menyatakan tiga mekanisme masuk akal untuk menjelaskan abnormalitas hipotalamus. Disfungsi hipotalamus dapat menjadi faktor sekunder dari faktor primer abnormalitas psikologis penderita anorexia nervosa; atau anorexia nervosa dapat menjadi faktor primer gangguan hipotalamus yang menghasilkan perubahan sekunder psikologis penderita.

·         Faktor Psikologis

Anoreksia nervosa merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial dan seksual. Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian. Pendekatan psikologis pada anorexia termasuk teori psikoanalisis yang mencoba menghubungkan kebahagiaan mulut dengan makan berlebihan dan penolakan makan atau rasa bersalah karena makan sebagai pertahanan terhadap kemauan-kemauan ini (Thoma dalam Turner, Calhoun, & Adams, 1990).

Gangguan makan, anoreksia nervosa sering jali berkembang dari adanya konflik dalam keluarga (Fairbun dkk, 1997; Wonderlich dkk, 1997). Beberapa remaja menggunakan penolakan untuk makan sebagai cara menghukum orang tua mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan di rumah. Ibu dari remaja yang memiliki gangguan makan lebih tidak bahagia terhadap fungsi keluarganya, juga memiliki masalah makan dan diet dan percaya bahwa putrinya harus menurunkan berat badan serta memandang putrinya sebagai orang yang tidak menarik.(Pike & Rodin, 1991). Keluarga dari wanita dengan anoreksia cenderung lebih sering mengalami konflik, kurang memiliki kedekatan dan kurang saling memberi dukungan namun lebih bersikap overprotective dan kritis daripada kelompok pembanding.(Fairbun dkk, 1997). Orang tua terlihat kurang mampu untuk membangkitkan kemandirian dalam diri anak perempuan mereka. konflik dengan orang tua mengenai isu otonomi sering kali mengakibatkan munculnya anoreksia nervosa (Ratti, Humphrey & Lyons, 1996).





3.2  Gejala yang timbul pada penderita anoreksia nervosa

Beberapa dari mereka dengan anorexia nervosa hilang berat badan umumnya karena membatasi jumlah makanan yang mereka makan. Mereka juga mungkin mencoba menghilangkan berat badan dengan berolahraga secara berlebihan. Orang lain dengan anorexia menggunakan minuman keras dan obat pencahar, sama seperti bulimia. Mereka mengontrol kalori yang di dapat dengan memuntahkan setelah mereka makan atau dengan penyalahgunaan obat laxative, diuretic atau enema. Tidak peduli bagaimana pengurangan berat badan dicapai, anorexia memiliki sejumlah tanda dan gejala fisik, emosional dan kebiasaan.

Mereka yang mengidap anoreksia dapat dikenali dari gejala berikut ini:

  1. Penurunan berat badan secara signifikan dan tampak sangat kurus.
  2. Selalu memerhatikan bentuk tubuh di depan cermin.
  3. Menimbang tubuh hampir tiap saat.
  4. Sering memuntahkan kembali makanan yang sudah dimakan.
  5. Suka berbohong jika ditanya apakah mereka sudah makan.
  6. Sangat memperhitungkan jumlah kalori, lemak, dan gula pada makanan.
  7. Sering berolahraga secara berlebihan.

Sedangkan kriteria anorexia nervosa menurut Diagnostic and Statistical Manual of (DSM-IV: American Psychiatric Assosiation, 1994) ada 4 kriteria diagnostik untuk anorexia nervosa, yaitu :

1.      Sangat takut menjadi gemuk walaupun sebenarnya berat badan telah berada dibawah normal.

2.      Mengalami gangguan dalam menerima berat badan atau bentuk tubuhnya yang pada akhirnya mempengaruhi penilaian terhadap berat badan atau bentuk badannya. Gangguan dalam menerima berat badan atau bentuk badan juga mempengaruhi penilaian penderita anorexia nervosa terhadap resiko yang akan muncul apabila berat badannya tetap berada dibawah normal (keseriusan penyakitnya).

3.      Menolak untuk pempertahankan berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badannya. Perempuan mengalami gangguan padasiklus menstruasinya yang biasanya terjadi sebelum adanya penurunan berat badan drastis. Gangguan ini ditandai dengan tidak hadirnya menstruasi minimal 3 kali sesuai siklusnya.





3.3 Dampak anoreksia nervosa pada kehidupan si penderita
       Akibat anoreksia pada penderita diantaranya adalah anemia, ketidakseimbangan cairan elektrolit, konstipasi, penurunan tekanan darah dan tingkat pernapasan, detak jantung tidak teratur, dan bahkan gagal jantung. Pengidap anoreksia juga terancam menderita kerusakan pada hati, ginjal, dan otak.
      Pada anak-anak dan remaja, anoreksia dapat menghambat perkembangan fisik. Pada orang dewasa, khususnya wanita, kondisi ini dapat menyebabkan osteoporosis, gangguan menstruasi, dan kemandulan. Sedangkan pada pria dewasa, anoreksia dapat menyebabkan impoten dan disfungsi ereksi.
      Seorang wanita hamil yang mengidap anoreksia berisiko mengalami keguguran, melahirkan bayi prematur, melahirkan bayi berbobot rendah, dan terkadang proses melahirkannya harus dibantu dengan operasi cesar. Oleh sebab itu pasien wanita anoreksia perlu dipantau secara berkala oleh dokter sejak masa kehamilan maupun setelah melahirkan. Apabila sudah sembuh pun, pengawasan harus dilakukan kembali apabila wanita tersebut hamil kembali karena potensi anoreksia untuk kambuh cukup besar.


3.4 Pengobatan anoreksia nervosa

Pengobatan untuk penderita anoreksia akan tergantung pada spesifikasi dari gangguan dan akan disesuaikan dengan masing-masing individu. Umumnya, tujuan pengobatan gangguan makan yang akan mengembalikan orang tersebut ke berat badan yang sehat, mengobati masalah psikologis yang berkaitan dengan gangguan, dan mengurangi perilaku atau pikiran yang berkontribusi terhadap gangguan makan. Pengobatan harus mengatasi semua aspek dari gangguan, termasuk komponen psikologis dan medis. Terapi terus mungkin diperlukan untuk mencegah kambuh dan mengobati masalah psikologis yang terkait. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk pengobatan penderita anoreksia nervosa:

1. Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif (CBT) sering merupakan komponen pengobatan gangguan makan. Jenis terapi ini sangat terstruktur dan sering mengambil 10 sampai 20 sesi. Ini dapat dilakukan secara individual, dalam kelompok atau dengan keluarga. Terapi perilaku kognitif adalah tujuan berorientasi dan terfokus pada perubahan pola pikir yang tidak sehat, yang mengarah ke perubahan perilaku. CBT dianggap sebagai pengobatan pilihan untuk penderita dan sering dikombinasikan dengan pilihan pengobatan lainnya.

2. Konseling Gizi

Gangguan makan mendistorsi persepsi penderita dari diet yang sehat, dan konselor gizi akan membantu untuk membentuk rencana makan yang akan memungkinkan penderita menjaga berat badan yang sehat. Ahli gizi dapat membantu untuk menanamkan kebiasaan makan yang normal. Pasien dapat mengambil manfaat dari diet diawasi secara medis untuk mengembalikan mereka ke berat badan yang sehat. Konseling gizi merupakan bagian penting dari pemulihan dan jangka panjang keberhasilan.

3. Psikoterapi

Psikoterapi dapat membantu penderita untuk mengeksplorasi penyebab dan proses berpikir di balik gangguan makan mereka, serta untuk membantu jalan menuju pemulihan. Psikoterapi juga dapat membantu meningkatkan hubungan dan mengajarkan cara untuk mengatasi stres dan teknik pemecahan masalah. Psikoterapi penting dalam mengobati setiap gangguan lain, seperti depresi atau kecemasan, yang dapat berkontribusi terhadap gangguan makan. Hingga 50 persen orang yang menderita gangguan makan juga memenuhi kriteria untuk depresi, sehingga mengobati kondisi mental yang hidup bersama dapat membuat perbedaan perlakuan yang sukses.

4. Pertolongan perawatan medis

Banyak pasien sangat kurus pada awal pengobatan, sehingga perhatian medis mungkin sangat diperlukan. Gejala gangguan makan cepat mungkin menjadi mengancam jiwa, dan langkah pertama dan paling penting dalam pengobatan adalah untuk mendapatkan orang untuk berat badan yang sehat dan untuk mengobati masalah medis serius. Anoreksia kronis dapat menyebabkan kerusakan pada gagal jantung, anemia, tekanan darah rendah atau organ, sehingga evaluasi dan melanjutkan perawatan oleh dokter adalah sangat penting.



5. Penggunaan obat melalui resep

Obat dapat digunakan dalam pengobatan eating disorders untuk membantu mengekang, mendesak atau mengurangi pikiran obsesif tentang makanan, olahraga atau citra tubuh. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi mental yang dapat mendasari gangguan makan. Obat-obat ini mungkin termasuk antidepresan atau agen anti-kecemasan. Dalam beberapa kasus, rawat inap di medis mungkin diperlukan.

Terapi berbasis keluarga adalah pengobatan yang efektif untuk anak-anak dan remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan makan. Jenis terapi mengasumsikan bahwa keluarga akan terlibat dalam pola makan dan kebiasaan anak, dan berusaha untuk mendidik seluruh keluarga dalam mendukung anak dengan gangguan makan.







BAB 1V

PENUTUP



4.1 Kesimpulan

Anoreksia nervosa merupakan gangguan mental dimana penderita menginginkan tubuhnya menjadi kurus dengan melakukan segala cara dan disengaja. Faktor biologis dan daktor psikologis dapat mengakibatkan seseorang terkena anoreksia. Penderita anoreksia biasaya adalah kalangan wanita yang menginjak usia remaja maupun dewasa.  Mereka membatasi jumlah makan dan berolah raga secara ketat bahkan ada yang sampai memuntahkan makanannya agar ia mendapatkan tubuh kurus sesuai dengan keinginannya.

Walaupun penderita anoreksia dapat memenuhi keinginannya untuk menjadi seperti yang mereka inginkan, mereka akan mendapat berbagai masalah kesehatan yang timbul akibat perbuatannya. Anemia, konstipasi, bahkan penyakit kerusakan pada organ-organ lain dapat menyerang si penderita. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita anoreksia antara lain adalah terapi yang dilakukan untuk mengobati masalah psikologis yang diderita pasien dan melalui jalur medis untuk meminimalisir adanya penyakit lain yang timbul pada pasien.



















DAFTAR PUSTAKA


Alodokter. Anoreksia Nervosa. www.alodokter.com. Diakses pada 21 Desember 2016.




Aqmarina, Maghfirah. Anoreksia Nervosa. www.academia.edu/11899815/Anorexia_Nervosa. Diakses pada 21 Desember 2016




Briawan, Dodik. 2013. Anemia Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta:EGC Medical Book


Disorder, Eating. 2016. Informasi Umum Tentang Eating Disorders (Gangguan Makan). eatingdisorders-clinic.blogspot.com. Diakses pada 21 Desember 2016.


Disorder, Eating. 2016. Pengobatan Efektif untuk Eating Disorder atau Gangguan Makan. eatingdisorders-clinic.blogspot.com. Diakses pada 21 Desember 2016.


Fresh, Sehat. Anorexia nervosa. www.sehatfresh.com. Diakses pada 21 Desember 2016


Muhlis, Kreasi. 2011. Gangguan Anoreksia Nervosa dan Bulmia. muhliskreasi.blogspot.com. Diakses pada 21 Desember 2016.




Ratnawati, Vivi., dan Sofiah, Diah. September 2012. Percaya Diri, Body Image dan




Kecenderungan Anorexia Nervosa Pada Remaja Putri. Vol. 1, No. 2. Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945