Maraknya Anoreksia
Nervosa di Kalangan Remaja
DISUSUN OLEH:
I GUSTI AYU RATIH ARIYANTI
NIM. P07131116019
KEMETRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN GIZI
2016/2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Remaja
merupakan periode pertumbuhan anak-anak menuju proses kematangan manusia
dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan fisik, biologis, serta psikologis
yang sangat unik dan berkelanjutan di dalam kehidupannya. Perubahan fisik yang
terjadi akan memengaruhi status kesehatan dan nutrisinya. Ketidakseimbangan
antara asupan gizi dan kebutuhannya akan menimbulkan masalah gizi, baik gizi
lebih maupun gizi buruk
Masa remaja merupakan tahapan kritis
kehidupan, sehingga periode tersebut dikategorikan sebagai kelompok rawan, dan
mempunyai risiko kesehatan tinggi. Akan tetapi remaja sering kurang mendapatkan
perhatian dalam program pelayanan kesehatan. Padahal kenyataannya, banyak kasus
kesehatan saat dewasa ditentukan oleh kebiasaan hidup sejak usia remaja. Status
gizi yang optimal pada usia remaja dapat mencegah penyakit yang terkait dengan
diet pada usia dewasa. Kekurangan gizi saat remaja, seperti terlalu kurus atau
pendek akibat kurang energi kronis, sering tidak diketahui oleh mereka maupun
keluarganya (Worlf Bank, 2003).
Pada remaja terjadi perubahan dalam
diri remaja, baik perubahan eksternal maupun internal (Hurlock, 1980). Sehingga
itu remaja memerlukan nutrisi makanan yang baik jika tidak hal itu dapat
menghambat pertumbuhannya, tetapi kebanyakan remaja tidak memperdulikan hal itu
sehingga mereka melakukan banyak cara untuk mendapatkan bentuk tubuh yang
ramping. Penyakit anoreksia merupakan salah satu contohnya. Anoreksia nervosa
adalah suatu gangguan makan (eating disorder) yang melibatkan upaya yang keras
untuk kurus dengan cara melaparkan diri (Santrock, 1995). Anoreksia nervosa
merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal,
sosiologikal, dan fisiologikal.
Seseorang
yang menderita anoreksia nervosa disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak
umum) anorektik. Anorektik dapat juga menunjuk ke obat penahan nafsu makan.
Anoreksia nervosa bisa menuntun pada pemberhentian kerja organ-organ tubuh dan
kematian. Menutut Santrock (1995) anoreksia nervosa terutama terjadi pada
perempuan selama masa remaja dan masa dewasa awal, hanya sekitar 5% penderita
anoreksia laki-laki. Kebanyakan remaja yang mengalami gangguan ini adalah
remaja yang berasal dari keluarga berpendidikan tinggi dengan pendapatan
menengah ke atas.
1.2
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas, maka dapat diambil beberapa permasalahan yang akan di
bahas pada Bab pembahasas, ialah sebagai berikut:
1. Apa
saja faktor penyebab timbulnya anoreksia nervosa?
2. Bagaimana
gejala yang timbul pada penderita penyakit anoreksia nervosa?
3. Bagaimana
dampak anoreksia nervosa pada kehidupan si penderita?
4. Bagaimana
cara menanggulangi atau pengobatan anoreksia nervosa?
1.3
Tujuan
Tujuan dari dibuatnya karya ilmiah
ini adalah untuk mengetahui jawaban dari masalah-masalah yang timbul, yaitu:
1. Untuk
mengetahui factor penyebab timbulnya penyakit anoreksia nervosa
2. Untuk
mengetahui gejala pada penderita penyakit anoreksia nervosa
3. Untuk
mengetahui dampak dari anoreksia nervosa pada kehidupan si penderita
4. Untuk
mengetahui cara menanggulangi atau pengobatan anoreksia nervosa
1.4
Manfaat
Manfaat dari tulisan ini adalah agar
pembaca dapat mengetahui lebih jauh tentang penyakit anoreksia yang belakangan
ini banyak dikenal di masyarakat, faktor-faktor penyebab, gejala, dampak dan
cara pemngobatan penyakit tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
Anoreksia (anorexia) berasal dari bahasa Yunani
an-, yang artinya “tanpa” dan orexis artinya “hasrat untuk”. Anoreksia memiliki
arti “tidak memiliki hasrat untuk (makan)”, yang sesungguhnya keliru, karena
kehilangan nafsu makan diatara penderita anoreksia nervosa jarang terjadi.
Menurut Bruch (1973) “pengejaran tanpa lelah kekurusan tubuh dengan menciptakan
kelaparan diri sendiri bahkan sampai pada kematian”
Anoreksia
nervosa dapat diartikan sebagai gangguan makan karena adanya keinginan yang
keras untuk mendapatkan tubuh yang kurus dan ditandai oleh penurunan berat
badan yang yang ekstrim dengan cara sengaja melaparkan diri. Anoreksia nervosa
merupakan suatu masalah kesehatan jiwa yang mana pengidapnya terobsesi untuk
memiliki tubuh kurus dan sangat takut jika mereka terlihat gemuk. Saking
takutnya, mereka bahkan selalu menganggap tubuhnya masih kurang kurus atau
masih gemuk meski kenyataannya tidak seperti itu.
Usia 16-17
tahun merupakan usia yang dianggap rawan bagi gangguan ini untuk mulai muncul.
Mayoritas pengidap anoreksia berasal dari kalangan remaja putri dan wanita
dewasa. Untuk membuat tubuh mereka tetap sekurus mungkin, pengidap anoreksia
akan berusaha keras membatasi porsi makan seminimal mungkin, menggunakan
obat-obatan (seperti pencahar dan penekan nafsu makan), serta berolahraga
secara berlebihan.
Beberapa dari
mereka bahkan akan berusaha memuntahkan kembali makanan yang telah dikonsumsi,
sebuah ciri khas gangguan makan yang dinamakan bulimia nervosa. Namun, bila pada bulimia
penderitanya rata-rata mempunyai berat normal atau lebih, penderita anoreksia
memiliki berat badan yang kurang.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Faktor penyebab
timbulnya anoreksia nervosa
·
Faktor Biologis
Berbagai macam
kelenjar endokrin dan abnormalitas lain telah dilaporkan ada dalam tubuh
penderita anorexia nervosa yang secara aktif melaparkan diri, termasuk:
meningkatnya serum kolesterol, hypercarotenemia, menurunnya tingkat triiodothyronin, meningkatnya
plasma hormone pertumbuhan, rendahnya plasma LH (Luteinizing Hormone)
dan FSH (Folicullar Stimulating Hormone), 24 jam kekurangmatangan pola
sekresi LH, berkurangnya total aktifitas
elektrik otak dan tidur REM, dan leucopenia dan pancytopenia. (Turner,
Calhoun, & Adams,
1990).1
Berhentinya siklus
menstruasi pada wanita penderita anorexia nervosa paling sering terjadi di awal
perubahan pola makan, kadang terjadi bahkan sebelum adanya penurunan berat
badan. Perubahan pada tingkat metabolisme tubuh, fungsi hormon adrenal, tingkat
hormon pertumbuhan, sekresi gonadotrophin, sekresi vasopressin (beberapa
penderita anorexia juga mengalami diabetes insipidus ringan atau beser ringan) dapat semua ditemukan dalam
subjek malnutrisi dari penyebab-penyebab lain.
Adanya kegagalan pemakaian
dari fungsi hipotalamus sudah sangat luas dikenal. Kontroversi seringkali muncul terhadap
pertanyaan apakah proses melaparkan diri ini termasuk faktor primer atau
sekunder. Fakta bahwa semua keabnormalitasan yang terjadi akan kembali ke
keadaan normal saat berat badan normal dicapai merujuk pada faktor sekunder
atau dikarenakan oleh reaksi disfungsi hipotalamus (Garner, D. M., & Garfinkel, P. E., 1979). Menurut Mecklenberg (1990), menyatakan tiga mekanisme
masuk akal untuk menjelaskan abnormalitas hipotalamus. Disfungsi hipotalamus
dapat menjadi faktor sekunder dari faktor primer abnormalitas psikologis
penderita anorexia nervosa; atau anorexia nervosa dapat menjadi faktor primer gangguan
hipotalamus yang menghasilkan perubahan sekunder psikologis penderita.
·
Faktor Psikologis
Anoreksia nervosa
merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi lebih
mandiri dan meningkatkan fungsi sosial dan seksual. Biasanya mereka tidak
mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah kendali orang
tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self
starvation) mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang
yang unik dan khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim
pasien anoreksia dapat mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian. Pendekatan psikologis pada
anorexia termasuk teori psikoanalisis yang mencoba menghubungkan kebahagiaan
mulut dengan makan berlebihan dan penolakan makan atau rasa bersalah karena
makan sebagai pertahanan terhadap kemauan-kemauan ini (Thoma dalam Turner, Calhoun, &
Adams, 1990).
Gangguan makan,
anoreksia nervosa sering jali berkembang dari adanya konflik dalam keluarga
(Fairbun dkk, 1997; Wonderlich dkk, 1997). Beberapa remaja menggunakan
penolakan untuk makan sebagai cara menghukum orang tua mereka karena perasaan
kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan di rumah. Ibu dari remaja yang
memiliki gangguan makan lebih tidak bahagia terhadap fungsi keluarganya, juga memiliki
masalah makan dan diet dan percaya bahwa putrinya harus menurunkan berat badan
serta memandang putrinya sebagai orang yang tidak menarik.(Pike & Rodin,
1991). Keluarga dari wanita dengan anoreksia cenderung lebih sering mengalami
konflik, kurang memiliki kedekatan dan kurang saling memberi dukungan namun
lebih bersikap overprotective dan kritis daripada kelompok pembanding.(Fairbun
dkk, 1997). Orang tua terlihat kurang mampu untuk membangkitkan kemandirian
dalam diri anak perempuan mereka. konflik dengan orang tua mengenai isu otonomi
sering kali mengakibatkan munculnya anoreksia nervosa (Ratti, Humphrey &
Lyons, 1996).
3.2
Gejala yang timbul pada penderita anoreksia nervosa
Beberapa dari mereka dengan anorexia nervosa hilang berat
badan umumnya karena membatasi jumlah makanan yang mereka makan. Mereka juga
mungkin mencoba menghilangkan berat badan dengan berolahraga secara berlebihan.
Orang lain dengan anorexia menggunakan minuman keras dan obat pencahar, sama
seperti bulimia. Mereka mengontrol kalori yang di dapat dengan memuntahkan
setelah mereka makan atau dengan penyalahgunaan obat laxative, diuretic atau enema.
Tidak peduli bagaimana pengurangan berat badan dicapai, anorexia memiliki
sejumlah tanda dan gejala fisik, emosional dan kebiasaan.
Mereka yang mengidap anoreksia dapat dikenali dari gejala
berikut ini:
- Penurunan berat badan secara signifikan dan tampak sangat kurus.
- Selalu memerhatikan bentuk tubuh di depan cermin.
- Menimbang tubuh hampir tiap saat.
- Sering memuntahkan kembali makanan yang sudah dimakan.
- Suka berbohong jika ditanya apakah mereka sudah makan.
- Sangat memperhitungkan jumlah kalori, lemak, dan gula pada makanan.
- Sering berolahraga secara berlebihan.
Sedangkan kriteria anorexia nervosa menurut Diagnostic
and Statistical Manual of (DSM-IV: American Psychiatric Assosiation,
1994) ada 4 kriteria diagnostik untuk anorexia nervosa,
yaitu :
1. Sangat
takut menjadi gemuk walaupun sebenarnya berat badan telah berada dibawah
normal.
2. Mengalami
gangguan dalam menerima berat badan atau bentuk tubuhnya yang pada akhirnya
mempengaruhi penilaian terhadap berat badan atau bentuk badannya. Gangguan
dalam menerima berat badan atau bentuk badan juga mempengaruhi penilaian penderita
anorexia nervosa terhadap resiko yang akan muncul apabila berat badannya
tetap berada dibawah normal (keseriusan penyakitnya).
3. Menolak
untuk pempertahankan berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badannya. Perempuan
mengalami gangguan padasiklus menstruasinya yang biasanya terjadi sebelum
adanya penurunan berat badan drastis. Gangguan ini ditandai dengan tidak
hadirnya menstruasi minimal 3 kali sesuai siklusnya.
3.3 Dampak anoreksia nervosa
pada kehidupan si penderita
Akibat anoreksia pada penderita diantaranya adalah anemia, ketidakseimbangan cairan elektrolit, konstipasi, penurunan tekanan darah dan tingkat pernapasan, detak jantung tidak teratur, dan bahkan gagal jantung. Pengidap anoreksia juga terancam menderita kerusakan pada hati, ginjal, dan otak.Pada anak-anak dan remaja, anoreksia dapat menghambat perkembangan fisik. Pada orang dewasa, khususnya wanita, kondisi ini dapat menyebabkan osteoporosis, gangguan menstruasi, dan kemandulan. Sedangkan pada pria dewasa, anoreksia dapat menyebabkan impoten dan disfungsi ereksi.
Seorang wanita hamil yang mengidap anoreksia berisiko mengalami keguguran, melahirkan bayi prematur, melahirkan bayi berbobot rendah, dan terkadang proses melahirkannya harus dibantu dengan operasi cesar. Oleh sebab itu pasien wanita anoreksia perlu dipantau secara berkala oleh dokter sejak masa kehamilan maupun setelah melahirkan. Apabila sudah sembuh pun, pengawasan harus dilakukan kembali apabila wanita tersebut hamil kembali karena potensi anoreksia untuk kambuh cukup besar.
Alodokter. Anoreksia Nervosa. www.alodokter.com. Diakses pada 21 Desember 2016.
Aqmarina, Maghfirah. Anoreksia Nervosa. www.academia.edu/11899815/Anorexia_Nervosa. Diakses pada 21 Desember 2016
Briawan, Dodik. 2013. Anemia Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta:EGC Medical Book
Disorder, Eating. 2016. Informasi Umum Tentang Eating Disorders (Gangguan Makan). eatingdisorders-clinic.blogspot.com. Diakses pada 21 Desember 2016.
Disorder, Eating. 2016. Pengobatan Efektif untuk Eating Disorder atau Gangguan Makan. eatingdisorders-clinic.blogspot.com. Diakses pada 21 Desember 2016.
Fresh, Sehat. Anorexia nervosa. www.sehatfresh.com. Diakses pada 21 Desember 2016
Muhlis, Kreasi. 2011. Gangguan Anoreksia Nervosa dan Bulmia. muhliskreasi.blogspot.com. Diakses pada 21 Desember 2016.
Ratnawati, Vivi., dan Sofiah, Diah. September 2012. Percaya Diri, Body Image dan
Kecenderungan Anorexia Nervosa Pada Remaja Putri. Vol. 1, No. 2. Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945
3.4 Pengobatan anoreksia nervosa
Pengobatan
untuk penderita anoreksia akan tergantung pada spesifikasi dari gangguan dan
akan disesuaikan dengan masing-masing individu. Umumnya, tujuan pengobatan
gangguan makan yang akan mengembalikan orang tersebut ke berat badan yang
sehat, mengobati masalah psikologis yang berkaitan dengan gangguan, dan
mengurangi perilaku atau pikiran yang berkontribusi terhadap gangguan makan.
Pengobatan harus mengatasi semua aspek dari gangguan, termasuk komponen
psikologis dan medis. Terapi terus mungkin diperlukan untuk mencegah kambuh dan
mengobati masalah psikologis yang terkait. Berikut adalah beberapa hal yang
perlu dilakukan untuk pengobatan penderita anoreksia nervosa:
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku
kognitif (CBT) sering merupakan komponen pengobatan gangguan makan. Jenis
terapi ini sangat terstruktur dan sering mengambil 10 sampai 20 sesi. Ini dapat
dilakukan secara individual, dalam kelompok atau dengan keluarga. Terapi
perilaku kognitif adalah tujuan berorientasi dan terfokus pada perubahan pola
pikir yang tidak sehat, yang mengarah ke perubahan perilaku. CBT dianggap
sebagai pengobatan pilihan untuk penderita dan sering dikombinasikan dengan
pilihan pengobatan lainnya.
2. Konseling Gizi
Gangguan makan
mendistorsi persepsi penderita dari diet yang sehat, dan konselor gizi akan
membantu untuk membentuk rencana makan yang akan memungkinkan penderita menjaga
berat badan yang sehat. Ahli gizi dapat membantu untuk menanamkan kebiasaan
makan yang normal. Pasien dapat mengambil manfaat dari diet diawasi secara
medis untuk mengembalikan mereka ke berat badan yang sehat. Konseling gizi
merupakan bagian penting dari pemulihan dan jangka panjang keberhasilan.
3. Psikoterapi
Psikoterapi
dapat membantu penderita untuk mengeksplorasi penyebab dan proses berpikir di
balik gangguan makan mereka, serta untuk membantu jalan menuju pemulihan.
Psikoterapi juga dapat membantu meningkatkan hubungan dan mengajarkan cara
untuk mengatasi stres dan teknik pemecahan masalah. Psikoterapi penting dalam
mengobati setiap gangguan lain, seperti depresi atau kecemasan, yang dapat
berkontribusi terhadap gangguan makan. Hingga 50 persen orang yang menderita
gangguan makan juga memenuhi kriteria untuk depresi, sehingga mengobati kondisi
mental yang hidup bersama dapat membuat perbedaan perlakuan yang sukses.
4. Pertolongan perawatan medis
Banyak pasien
sangat kurus pada awal pengobatan, sehingga perhatian medis mungkin sangat diperlukan.
Gejala gangguan makan cepat mungkin menjadi mengancam jiwa, dan langkah pertama
dan paling penting dalam pengobatan adalah untuk mendapatkan orang untuk berat
badan yang sehat dan untuk mengobati masalah medis serius. Anoreksia kronis
dapat menyebabkan kerusakan pada gagal jantung, anemia, tekanan darah rendah
atau organ, sehingga evaluasi dan melanjutkan perawatan oleh dokter adalah
sangat penting.
5. Penggunaan obat melalui resep
Obat dapat
digunakan dalam pengobatan eating disorders untuk membantu mengekang, mendesak
atau mengurangi pikiran obsesif tentang makanan, olahraga atau citra tubuh.
Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi mental yang dapat
mendasari gangguan makan. Obat-obat ini mungkin termasuk antidepresan atau agen
anti-kecemasan. Dalam beberapa kasus, rawat inap di medis mungkin diperlukan.
Terapi berbasis
keluarga adalah pengobatan yang efektif untuk anak-anak dan remaja yang
menunjukkan tanda-tanda gangguan makan. Jenis terapi mengasumsikan bahwa
keluarga akan terlibat dalam pola makan dan kebiasaan anak, dan berusaha untuk
mendidik seluruh keluarga dalam mendukung anak dengan gangguan makan.
BAB
1V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anoreksia
nervosa merupakan gangguan mental dimana penderita menginginkan tubuhnya
menjadi kurus dengan melakukan segala cara dan disengaja. Faktor biologis dan
daktor psikologis dapat mengakibatkan seseorang terkena anoreksia. Penderita
anoreksia biasaya adalah kalangan wanita yang menginjak usia remaja maupun
dewasa. Mereka membatasi jumlah makan
dan berolah raga secara ketat bahkan ada yang sampai memuntahkan makanannya
agar ia mendapatkan tubuh kurus sesuai dengan keinginannya.
Walaupun
penderita anoreksia dapat memenuhi keinginannya untuk menjadi seperti yang
mereka inginkan, mereka akan mendapat berbagai masalah kesehatan yang timbul
akibat perbuatannya. Anemia, konstipasi, bahkan penyakit kerusakan pada
organ-organ lain dapat menyerang si penderita. Pengobatan yang dapat dilakukan
untuk penderita anoreksia antara lain adalah terapi yang dilakukan untuk
mengobati masalah psikologis yang diderita pasien dan melalui jalur medis untuk
meminimalisir adanya penyakit lain yang timbul pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Alodokter. Anoreksia Nervosa. www.alodokter.com. Diakses pada 21 Desember 2016.
Aqmarina, Maghfirah. Anoreksia Nervosa. www.academia.edu/11899815/Anorexia_Nervosa. Diakses pada 21 Desember 2016
Briawan, Dodik. 2013. Anemia Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta:EGC Medical Book
Disorder, Eating. 2016. Informasi Umum Tentang Eating Disorders (Gangguan Makan). eatingdisorders-clinic.blogspot.com. Diakses pada 21 Desember 2016.
Disorder, Eating. 2016. Pengobatan Efektif untuk Eating Disorder atau Gangguan Makan. eatingdisorders-clinic.blogspot.com. Diakses pada 21 Desember 2016.
Fresh, Sehat. Anorexia nervosa. www.sehatfresh.com. Diakses pada 21 Desember 2016
Muhlis, Kreasi. 2011. Gangguan Anoreksia Nervosa dan Bulmia. muhliskreasi.blogspot.com. Diakses pada 21 Desember 2016.
Ratnawati, Vivi., dan Sofiah, Diah. September 2012. Percaya Diri, Body Image dan
Kecenderungan Anorexia Nervosa Pada Remaja Putri. Vol. 1, No. 2. Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945